Senin, 21 Desember 2015

(FOTO) Seperti Inilah Keadaan Pembangunan MRT di Dalam Perut Jakarta

Banyak orang mengira bahwa pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) berjalan lambat. Tidak salah memang, karena mereka hanya berpatokan pada apa yang terlihat. Dari permukaan jalan memang tidak terlihat ada pembangungan yang berarti, namun di bawah permukaan ada sebuah bor raksasa yang selalu menggerus perut Jakarta. Antareja namanya. Mesin bor berdiameter 6,7 meter ini mampu melubangi perut Jakarta sejauh 8 meter setiap harinya.

Rute perjalanan dimulai dari area patung pemuda yang berada di Senayan, Jakarta Selatan. Lengkap dengan berbagai alat pelindung diri (APD) saya menuruni tangga sedalam kurang lebih 16 meter di bawah tanah. Seperti di film aksi Holywood, lorong besar terbentang dengan area gelap dan terang yang membuat lorong tersebut seperti hidup.

Penasaran seperti apa keadaan di bawah? Berikut kami sajikan secuil foto dari rubrik Photo Story






















Sumber

Kamis, 17 Desember 2015

Furious 7 (2015) EXTENDED BluRay + Subtitle Indonesia

furious7extn.jpg

File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 2 Jam - 19 Menit - 54 Detik
Ukuran: 397 mb

Download Movie  : Furious 7

Subtitle indonesia : brext-ff7-2015.zip 

Review:
Sebagai pembuka mari simak beberapa kalimat dari bintang utama Fast & Furious berikut ini: “Universal is going to have the biggest movie in history with this movie”, “It will probably win best picture at the Oscars, unless the Oscars don’t want to be relevant ever”, “This will win best picture”, “There is nothing that will ever come close to the power of this thing.” Well, cara yang sangat baik untuk membangun hype Mister Vin, tapi jika pernyataan tersebut anda kemukakan pada tanggal 1 April mungkin “boomerang” yang hadir akan dengan sangat mudah untuk anda tangkap kembali. Fast & Furious 7: one last ride who love to be rushing, and love to be dragging.

Pria yang berhasil meledakkan mobil Han (Sung Kang) di bagian akhir Fast & Furious 6 ternyata tidak main-main dengan kalimat “You don't know me. You're about to” yang ia ucapkan kepada Dominic Toretto (Vin Diesel). Deckard Shaw (Jason Statham) langsung melancarkan aksinya yang disisi lain juga mengusik rencana Dom beserta Brian O'Conner (Paul Walker) dan seluruh anggota timnya untuk kembali menjalani kehidupan normal mereka di Los Angeles, seorang tentara bayaran level atas yang mencoba membalaskan dendam atas perbuatan yang dilakukan Dom dan rekan-rekannya pada saudaranya, memaksa semua anggota tim untuk kembali dan menyatukan kemampuan mereka untuk sebuah pertarungan final yang mereka sebut one last ride.

Masalahnya adalah meskipun pernah muncul di hadapan Dom cara yang Deckard lakukan adalah dengan melancarkan serangan tersembunyi, cara yang berhasil ia gunakan untuk melumpuhkan Luke Hobbs (Dwayne Johnson). Kondisi tersebut memaksa Dom memutuskan untuk menerima tawaran dari operasi pemerintah dibawah komando Frank Petty (Kurt Russell) yang berjanji akan membantu Dom dan timnya menemukan Deckard jika mereka mampu menjalankan sebuah tugas yang ia berikan, menemukan sebuah program bernama god's eye serta menyelamatkan seorang programmer bernama Megan Ramsey (Nathalie Emmanuel).

Dua tahun yang lalu pada Fast & Furious 6 sebagai salah satu film series yang sejauh ini terus menampilkan sebuah perkembangan kearah positif di tiap film terbarunya (setelah Fast & Furious), selalu menunjukkan upaya bahwa mereka belum berhenti untuk mencoba menuju titik puncak meskipun film terbarunya tidak selalu mampu melampaui kualitas pendahulunya. Fast Five masih yang terbaik dan Fast & Furious 6 berada sedikit dibelakangnya, jadi bukan sesuatu yang terasa aneh jika kemudian banyak penonton lain menaruh harapan yang sedikit lebih besar pada film ketujuhnya ini mengingat apa yang diberikan dua film terakhirnya tergolong mampu memuaskan dan berada di level good.

Bagaimana hasilnya? Not bad, tapi ibarat dalam sebuah pertarungan tinju film ini seperti petinju yang terlalu sentimental, anda melihat pukulan tapi dentuman dan thrill yang dihasilkan oleh pukulan tersebut tidak maksimal. Masalah utama pada Furious 7 datang dari apa yang selalu Dom dan timnya coba lakukan: menciptakan kemasan terbaru yang lebih besar dari film terdahulunya. Memberikan apresiasi pada film yang mengambil langkah tersebut tentu saja mudah, tapi sikap berani tersebut memiliki pengaruh yang tergolong kecil pada hasil akhir. Lantas apa yang menyebabkan Furious 7 tidak berhasil meraih level yang lebih tinggi dari Fast Five?

Kendali yang tidak mumpuni pada ambisi. Ini memang lebih besar, hal tersebut bukan hanya terlihat dari segi tindakan atau elemen action yang bahkan kali ini mencoba membawa mobil bermain-main di udara, pada elemen cerita hal serupa juga terjadi. Cerita yang masih ditulis oleh Chris Morgan memakan waktu 25 atau mungkin 30 menit untuk mencoba menciptakan konflik dan membangun drama, tapi jika anda ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya clue sudah diberikan oleh James Wan melalui perkataan Dom ketika Letty hendak bersiap melakukan balapan di bagian awal.

Ride or die, begitu yang selalu mereka ucapkan, namun kali ini Dom meminta Letty untuk tidak melakukan push terlalu jauh, cukup selesaikan balapan, dan seperti itu Furious 7 tampil. Bukan berarti tidak ada satupun hal menyenangkan disini, adu pacu gerak cepat hingga ledakan masih eksis, salah satu daya tarik dari franchise ini yaitu lelucon juga kembali hadir walaupun kualitasnya kurang begitu oke, permainan gambar yang James Wan hasilkan juga terhitung mumpuni bahkan beberapa terasa mengasyikkan, dan pelengkapnya CGI yang akan membuat anda tertawa bahagia.

Namun dengan cerita yang sejak sinopsis sesungguhnya terhitung potensial bahkan mencoba tampil kompleks dengan memberikan penonton lintasan penuh liku-liku, karakter utama yang sudah solid, hingga villain yang potensial, Furious 7 seperti ballerina yang lupa cara menari ballet karena sedang merasa sangat sedih, semua tidak dimanfaatkan dengan maksimal, semuanya bermain aman layaknya drama yang hanya ingin melepas kepergian sahabat tercinta mereka, Paul Walker.

Kehilangan bintang utamanya ditengah jalan pada proses produksi tentu menjadi luka yang besar bagi sebuah film, dan dengan kondisi sulit tersebut apa yang diberikan Furious 7 sudah oke, tapi bukan berarti mereka lantas takut untuk “bergembira” yang sesungguhnya dapat menjadi persembahan terakhir terbaik bagi Paul.

Ada dua bagian yang terasa kontras pada film ini, bagian awal yang oke bukan hanya pada tik-tok dan gerak narasi, kesan konyol pada unsur drama juga tidak begitu kentara dari upaya sentimental, tapi semuanya berubah paruh kedua. Perlahan menurun bagian kedua Furious 7 seperti komedian yang tampil melucu dalam kondisi berduka, beberapa lelucon yang ia ciptakan berhasil memberikan hit tinggi tapi dinamika dari pertunjukannya naik dan turun secara frontal.

Furious 7 seperti itu, ia bahkan punya momen yang akan membuat anda bergumam holyshit, tapi konflik serta plot yang gemuk dipenuhi rasa bingung ketika dikembangkan sehingga momen monoton dan draggy juga tidak kalah dalam mencuri atensi dan merusak histeria. Tapi bagaimana jika film tersebut yang berusaha menjual cerita dan disini ia gunakan sebagai ruang untuk menghadirkan emosi dari sebuah perpisahan?

Tidak mengharapkan eksekusi yang mewah pada cerita tapi setidaknya James Wan harus memperlakukan mereka dengan cara yang sedikit lebih sopan sehingga meskipun memiliki kedok sebagai sebuah gimmick untuk memperlebar arena bermain ia setidaknya tidak terasa mengganggu. Rasa kecewa juga hadir dari chemistry didalam cast inti yang kali ini seperti terasa terlupakan oleh Wan, padahal salah satu daya tarik dari Fast & Furious Series bukan hanya pada adegan aksi tapi juga karakter-karakter menyenangkan yang mampu membuat penonton bukan hanya tertarik tapi peduli dengan apa yang mereka lakukan.

Namun meskipun di paruh kedua berulang kali mengecek jam tangan karena rasa jenuh yang semakin berbahaya meskipun durasi hanya tujuh menit lebih panjang dari dua film terdahulunya, saya memberikan tepuk tangan kecil ketika dua buah mobil itu bergerak menuju arah yang berbeda di bagian akhir. Beberapa menit terakhir terasa emosional, tidak peduli sejauh apa intimitas anda dengan karakter Brian O'Conner pasti akan hadir simpati bahkan rasa sedih ketika cuplikan gambar dari Paul Walker hadir di layar. S

esungguhnya itu sesuatu yang mengejutkan karena karakter Brian O'Conner sendiri kehadirannya seperti antara ada dan tiada setelah adegan melompati mobil itu (yang imo menjadi batas awal penggunaan CGI). Berbicara karakter yang paling mengecewakan tentu saja Deckard Shaw, Jason Statham tidak dimanfaatkan dengan tepat sehingga berakhir sebagai karakter kartun seperti mayoritas karakter-karakter lain, termasuk cast inti.

Overall, Fast & Furious 7 adalah film yang cukup memuaskan. Hanya stunts dari film ini yang berada di level yang sama dengan film terdahulunya, karena elemen lain yang sebelumnya terasa mumpuni mengalami degradasi walaupun tidak semuanya dalam kuantitas yang ekstrim. Menarik sudah pasti, kejutan yang segar di awal lewat permainan gambar dari James Wan serta cerita yang seolah mencoba tampil lebih rumit terasa menjanjikan, namun meskipun disokong visual mumpuni Furious 7 menderita pada alur cerita yang setengah matang akibat ambisi besar tadi sehingga tidak menghasikan konsistensi yang terkendali, terkadang hit dan menegangkan dalam gerak cepat, tapi tidak jarang terasa lesu dan draggy. Furious 7 bukan kemasan yang buruk terlebih mengingat situasi sulit yang mereka alami, tapi dengan segala potensi yang ia miliki pada akhirnya Furious 7 hanya berhasil menjadi sebuah perpisahan yang aman.

Sumber

Fast%2B%26%2BFurious%2B7%2B(2015)%2Bimag

Fast%2B%26%2BFurious%2B7%2B(2015)%2Bimag

Download Film Goosebumps (2015) HDRip Subtitle Indonesia MP4 High Quality

goosebumps2015hd.jpg
File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 1 Jam - 43 Menit - 12 Detik
Ukuran: 281 mb


Download Movie : Goosebumps (2015)
Download Subtitle Indonesia : hd-gsebumps-2015.zip

Released
16 October 2015 (USA)
CountryUSA | Australia
Language
English
Genre
Adventure | Comedy | Sci Fi | Fantasy | Horror
Director
 Rob Letterman
Writers
Darren Lemke(screenplay), Scott Alexander (story), 2 more credits » 
Starcast Jack BlackDylan MinnetteOdeya Rush| See full cast and crew »
Ratingimdb-icon.gif 6.8/10

Ratings: 6.8/10 from10,304 users   Metascore: 59/100
Reviews: 72 user | 100 critic | 27 fromMetacritic.com 

Jika kamu adalah fans horor dari era 90’an yang merasa bahwa novel-novel Stephen King itu terlalu rumit, terlalu tebal dan terlalu mahal maka kamu tahu harus ke mana. Ya, novel Goosebumps milik R.L Stine. Versi orisinalnya adalah best seller global, terjual lebih dari 350 juta copy di seluruh dunia dan sudah diterjemahkan dalam 32 bahasa. 62 seri dalam rentang waktu lima tahun adalah salah satu hal terbaik buat para horor mania muda pada saat itu terutama buat mereka membutuhkan asupan bacaan penuh adrenalin dan teror yang sesuai dengan kapasitas otak mereka.

Dan kini setelah hampir dua dekade, versi live action-nya akhirnya benar-benar terwujud. Sebenarnya proyek adaptasi film Goosebumps sudah direncanakan jauh-jauh hari, tepatnya pada tahun 1998 dengan Tim Burton sebagai produsernya, namun entah kenapa tidak pernah terealisasi. Baru pada 2008 lalu ketika Columbia Pictures mendapatkan hak ciptanya, lampu hijau kemudian kembali menyala buat proyek ini meski pada akhirnya baru pada 2015 ini bisa kita nikmati setelah sebelumnya sempat berjibaku dengan draf naskahnya.

Pertanyaannya, bagaimana kamu membuat 62 seri novelnya ke dalam versi film? 1 film dengan 61 sekuel? Tidak, itu gila dan sangat tidak mungkin. Atau omibus mungkin? Tidak, bahkan antologi horor ambisius ABC of Deaths dengan 26 saja hasilnya keteteran. Jadi kemudian Columbia harus memutar otak memikirkan bagaimana naskahnya agar bisa memuat semua pengalaman di 62 serinya bisa diwakilkan dalam satu film dan satu universe, maka kemudian dibuatlah sebuah konsep menarik yang menggabungkan elemen fantasi dan biografi palsu dari ide cerita milik Scott Alexander dan Larry Karaszewski di mana monster, hantu dan makhluk penunggu novel milik penulis R.L Stine yang dimainkan Jack Black mendadak hidup dan keluar dari buku-buku horor ciptaannya.

Sisi positif dari premis ini tentu saja kamu, terutama para fans novelnya akan senang karena dimanjakan dengan banyak referensi dari sumber aslinya. kamu akan bisa melihat Slappy si boneka ventriloquist dari seri Night of the Living Dummy atau “Boneka Hidup Beraksi” dalam judul versi Indonesianya memimpin monster-monster lain dari dunia Goosebumps macam mumi Mesir, manusia serigala rawa, monster salju Pasadena, kurcaci batu taman, tanaman pemakan manusia sampai belalang raksasa. Ya, ada begitu banyak kesenangan melihat banyak karakter monster yang kamu kenal bersesak-sesakan dalam satu film, seperti melihat versi lain yang lebih ceria dari klimaks berdarah Cabin in The Woods.

Sementara sisi negatifnya adalah ia tidak punya jati diri novelnya. Ini seperti sebuah meta horor ketimbang adaptasi novel, namun sekali lagi saya memahami dilema susahnya memasukan begitu banyak serinya ke dalam satu film, ya, itu sangat tidak mudah. Penyutradaraan Rob Letterman dari Monsters vs. Aliens dan Gulliver’s Travels memang tidak istimewa, malah kalau mau jujur presentasinya lebih terasa ke aroma FTV ketimbang film layar lebar dengan segala tetek bengek parade CGI murah untuk menghasilkan efek-efek dan monster-monsternya.

Tetapi harus diakui juga ia punya tensi cepat yang terjaga dengan baik setelah perkenalan dan sedikit basa-basi di 20 menit pertamanya, Letterman masih bisa memberikan hiburan yang menyenangkan dengan segala kejar-kejaran dan serbuan monster. Tetapi tentu saja dengan lebel horor remaja, kamu tidak bisa berharap banyak Goosebumps akan memberikan sensasi teror horor sejati dengan darah, kengerian dan gore, seperti novelnya, adaptasinya pun tidak lebih dari sekedar tontonan nostalgia untuk bersenang-senang semata, seperti sedang memasuk wahana rumah hantu di taman hiburan malam, meski terlihat mengerikan dan seram dari luar namun sebenarnya sangat aman dan lucu di dalam.


goosebumps.jpg

Goosebumps+new+picture+%283%29.jpg

goosebumps.jpg

Selasa, 20 Oktober 2015

7 Basic Quality Tools


ishikawa-7-quality-toolsSeorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang, Kaoru Ishikawa, percaya bahwa statistik mampu menyelesaikan 95% persoalan kualitas. Ishikawa menyarankan untuk meningkatkan penggunaan statistik dengan jalan melatih semua orang dalam organisasi agar dapat menggunakan dan menguasai alat-alat statistik yang diperlukan untuk pengendalian kualitas, seperti:

bagan Pareto, diagram tulang ikan (fishbone), histogram, dan sebagainya.
Alat-alat statistik ini kemudian dikenal dengan nama 7 QC Tools yang dirancang sederhana agar dapat dipakai siapa saja, termasuk para pekerja yang berbekal pendidikan menengah.
Para praktisi dan akademisi yang menekuni bidang kualitas menggunakan nama
“The Old Seven”,
“The First Seven”,
“The Basic Seven”,
dan banyak nama lain untuk menyebut 7 QC Tools yang terdiri dari:
1. Check Sheet
2. Scatter Diagram
3. Fishbone Diagram
4. Pareto Charts
5. Flow Charts
6. Histogram
7. Control Charts
karena ada 7 QC Tools lain yang sering disebut New 7 Tools. Dalam posting ini, saya hanya membahas 7 Basic Quality Tools.
1. Check Sheet
Check sheet (lembar pemeriksaan) adalah lembar yang dirancang sederhana berisi daftar hal-hal yang perlukan untuk tujuan perekaman data sehingga pengguna dapat mengumpulkan data dengan mudah, sistematis, dan teratur pada saat data itu muncul di lokasi kejadian. Data dalam check sheet baik berbentuk data kuantitatif maupun kualitatif dapat dianalisis secara cepat (langsung) atau menjadi masukan data untuk peralatan kualitas lain, misal untuk masukan data Pareto chart.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh check sheet yang digunakan untuk mengumpulkan data cacat per jam.
7-qc-tools-check-sheet
7-qc-tools-check-sheet
Gambar 1. Contoh Check Sheet
2. Scatter Diagram
Scatter diagram (diagram pencar) adalah grafik yang menampilkan sepasang data numerik pada sistem koordinat Cartesian, dengan satu variabel pada masing-masing sumbu, untuk melihat hubungan dari kedua variabel tersebut. Jika kedua variabel tersebut berkorelasi, titik-titik koordinat akan jatuh di sepanjang garis atau kurva. Semakin baik korelasi, semakin ketat titik-titik tersebut mendekati garis.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh scatter diagram yang digunakan untuk melihat sejauh mana temperatur mempengaruhi defect. Tampak bahwa ada korelasi antara temperatur dan defect, di mana semakin tinggi temperatur semakin rendah jumlah defect, ini mungkin karena proses warm-up mesin yang kurang.
7-qc-tools-scatter-diagram
Gambar 2. Contoh Scatter Diagram
3. Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan) sering disebut juga diagram Ishikawa atau cause–and–effect diagram (diagram sebab-akibat). Fishbone diagram adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh bentuk fishbone diagram dengan manpower, machinery, material, dan methods sebagai kategori. Kategori ini hanya contoh, anda bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kategori.
7-qc-tools-fishbone-diagram
Gambar 3. Contoh Fishbone Diagram
4. Pareto Chart
Pareto chart (bagan pareto) adalah bagan yang berisikan diagram batang (bars graph) dan diagram garis (line graph); diagram batang memperlihatkan klasifikasi dan nilai data, sedangkan diagram garis mewakili total data kumulatif. Klasifikasi data diurutkan dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Ranking tertinggi merupakan masalah prioritas atau masalah yang terpenting untuk segera diselesaikan, sedangkan ranking terendah merupakan masalah yang tidak harus segera diselesaikan.
Prinsip pareto chart sesuai dengan hukum Pareto yang menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pareto chart mengidentifikasi 20% penyebab masalah vital untuk mewujudkan 80% improvement secara keseluruhan. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh pareto chart.
7-qc-tools-pareto-chart
Gambar 4. Contoh Pareto Chart
5. Flow Charts
Flow charts (bagan arus) adalah alat bantu untuk memvisualisasikan proses suatu penyelesaian tugas secara tahap-demi-tahap untuk tujuan analisis, diskusi, komunikasi, serta dapat membantu kita untuk menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh flow chart.
7-qc-tools-flow-charts
Gambar 5. Contoh Flow Charts
6. Histogram
Histogram adalah alat seperti diagram batang (bars graph) yang digunakan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah distribusi frekuensi menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu set data terjadi. Data dalam histogram dibagi-bagi ke dalam kelas-kelas, nilai pengamatan dari tiap kelas ditunjukkan pada sumbu X.
Teori mengatakan bahwa distribusi yang normal, yaitu yang kebanyakan datanya mendekati nilai rata-rata akan ditunjukan oleh histrogram yang berbentuk lonceng, seperti contoh gambar di bawah ini. Tapi jika histogram serong ke kiri atau ke kanan berarti kebanyakan data berkumpul dekat batas toleransi suatu pengukuran sehingga ada kemungkinan data tidak normal (ada masalah ketika pengukuran, atau bahkan ada masalah dalam proses). Untuk memastikan data normal atau tidak sebaiknya menggunakan metode uji kenormalan data, seperti Kolmogorov-Smirnov test atau Anderson-Darling normality test.
7-qc-tools-histogram
Gambar 6. Contoh Histogram
7. Control Chart
Control chart atau peta kendali adalah peta yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke waktu. Data di-plot dalam urutan waktu. Control chart selalu terdiri dari tiga garis horisontal, yaitu:
Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah (mean) atau nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang di-plot-kan pada peta kendali.
Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan batas kendali atas.
Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang menunjukkan batas kendali bawah.
Garis-garis tersebut ditentukan dari data historis, terkadang besarnya UCL dan LCL ditentukan oleh confidence interval dari kurva normal. Dengan control chart, kita dapat menarik kesimpulan tentang apakah variasi proses konsisten (dalam batas kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar batas kendali karena dipengaruhi oleh special cause of variation, yaitu variasi yang terjadi karena faktor dari luar sistem).
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh control chart. Untuk jenis-jenis control chart dan cara membuatnya, silahkan buka posting yang berjudul: Statistical Process Control.
7-qc-tools-spc
Gambar 7. Contoh Control Charts
Rujukan:
Kusnadi, E. (2011, October 8). Check sheet dan fungsinya dalam pengendalian kualitas [Web log post]. Retrieved from https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/10/08/check-sheet-dan-fungsinya-dalam-pengendalian-kualitas/
__________. (2011, December 24). Fishbone diagram dan langkah-langkah pembuatannya [Web log post]. Retrieved from https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/12/24/fishbone-diagram-dan-langkah-langkah-pembuatannya/
__________. (2012, January 9). Statistical process control [Web log post]. Retrieved from https://eriskusnadi.wordpress.com/2012/06/09/statistical-process-control/
__________. (2012, January 27). Membuat bagan Pareto dengan Microsoft Excel [Web log post]. Retrieved from https://eriskusnadi.wordpress.com/2012/01/27/pareto-chart-microsoft-excel/
__________. (2012, September 22). Standar simbol-simbol flowchart dan penggunaannya [Web log post]. Retrieved from https://eriskusnadi.wordpress.com/2012/09/22/standar-simbol-simbol-flowchart-dan-penggunaannya/
Heizer, J., & Render, B. (2006). Operations management. (8th ed.). Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Straker, D. (n.d.). Scatter diagram: How to understand it. Retrieved from http://syque.com/quality_tools/toolbook/Scatter/how.htm
Tague, N. R. (2005). The quality toolbox. (2th ed.). Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press. Available from http://asq.org/quality-press/display-item/index.html?item=H1224

Jumat, 14 Agustus 2015

Menentukan Kebutuhan Tulangan Lentur dan Tulangan Geser pada Portal Sederhana dengan SAP 2000

Portal seperti gambar di atas, mempunyai 2 tingkat,
  • Ukuran kolom 1,2,3,4 = 30×30 cm
  • Ukuran balok 5 dan 6 = 25×40 cm
Bahan :
  1. F ‘c (Kuat Desak Beton) = 22,5 MPa
  2. Fy (Tulangan Lentur) = 320 MPa
  3. Fys (Tulangan geser) = 240 MPa
  4. Beban Mati = 1 t/m’
  5. Beban Hidup = 0,5 t/m’
Kita akan mencari kebutuhan Tulangan Lentur dan Tulangan Gesernya!!!
Langkah 1
Klik New Project, ubah satuan jadi Ton-Meter > lalu pilih Grid Only.
Langkah 2
Lalu saya akan memakai direction x dan z saja, seperti perintah soal tersebut karena hanya portal 2D.Pada X direction saya tuliskan 2 karena pada arah horisontal hanya ada 1 baris. Dan pada arah Z direction saya tuliskan 3 karena pada arah vertikal terdiri dari 2 tingkat. Kalau saya isikan Y direction = 1, itu sama artinya arah y nya = 0, atau tidak akan digambar oleh SAP. Untuk Grid Spacing itu jarak dari tiap 1 baris atau tingkat.
Langkah 3
Saya langsung menutup jendala yang satu. Tampak garis grid saja tanpa ada frame.Akan saya lihat tampak depan dengan klik XZ PLANE
Langkah 4
Saya akan langsung menggambar frame secara default yaitu dengan frame W18x35, sesuai dengan soal yang di atas. Tapi nanti saya akan mengubah frame-frame sesuai ukuran kolom dan balok serta bahan-bahan lainnya.
Langkah 5
Pilih 2 joint untuk tempat perletakan tumpuan. Lalu klik : ASSIGN > JOINT > RESTRAINT
Langkah 6
Pada form Joint Restraint klik Sendi, seperti gambar dibawah, lalu klik OK!!!
Langkah 7
Tampak tumpuan jepit sudah terpasang sekarang, lalu kita akan mengatur material beton baik dimensi dan kekuatannya.Caranya : klik DEFINE > MATERIAL.

Langkah 8
Muncul form Define Material, lalu aktifkan concrete dan klik Modify Show Material.
Langkah 9
Ubah kuat tekan beton,kuat tulangan lentur dan kuat tulangan geser sesuai dengan soal di atas seperti gambar di bawah.Kalau sudah klik OK!!!
Langkah 10
Lalu klik DEFINE > FRAME SECTIONmaka akan muncul form Frame Section seperti gambar di bawah, lalu pilih Add Rectangular kemudian klik Add New Property.
Langkah 11
Setelah muncul form Rectangular Sectionpastikan materialnya adalah Concrete, lalu beri nama B25x40 (artinya Balok ukuran 25 x 40), lalu masukkan lebar dan tingginya sesuai dengan ukurannya dalamsoal.Kalau sudah semua klik Concrete Reinforcement.
Langkah 12
Pada form Reinforcement Data, pilih BEAM karena kita sedang membuat penampang balok, lalu isikan ketebalan selimut beton atas dan bawah dari sumbu tulangan adalah 0.04 , artinya 0,04 meter atau  4 cm. Lalu tekan OK!!!
Langkah 13
Sesampai pada form Frame Properties klik Add Copy of Property dari Balok yang sudah kita buat karena kita akan membuat Kolom dengan penampang segi empat juga.
Langkah 14
Pertama-tama saya akan merubah Section Name menjadi K30x30 lalu ukuran kolomnya saya isikan tinggi 0,3 meter dan lebar 0,3 meter. Kalau sudah klik concrete Reinforcement.
Langkah 15
Setelah masuk form Reiforcement datadesign type adalah kolom,dan saya akan mengganti banyaknya tulangan horizontal dan vertikal adalah 4 dan 3.
Langkah 16
Dapat dilihat bentuk, dimensi dan jumlah tulangan yang kita atur pada kolom 30×30. Kalau sudah klik OK!!!
Langkah 17
Klik dua buah frame kolom seperti gambar di bawah.
Langkah 18
Kita akan mengganti frame default kita (W18x35) dengan kolom concrete 30×30 yang sudah kitabuat.Klik ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDONS > FRAME SECTION.
Langkah 19
Pilih K30x30 pada List Properties, lalu klik OK!!!
Langkah 20
Pada frame kolom sudah berubah menjadi K30x30 sekarang kita klik kedua balok dan klik ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDONS > FRAME SECTION.
Langkah 22
Pilih B25x40 pada List Properties, lalu klik OK!!!
Langkah 23
Dapat dilihat frame balok sudah berubah menjadi B25x40, lalu saya akan membagi frame kolom menjadi 2 bagian, karena dari tingkat1 sampai 2 terlihat frame kolom menerus menjadi 1 bagian saja.Aktifkan 2 buah kolom seperti gambar di bawah.
Langkah 24
Selanjutnya pilih EDIT > DIVIDE FRAMES.
Langkah 25
Pastikan Divide into adalah 2 (artinya frame akan di bagi menjadi 2 bagian)
Langkah 26
Sekarang frame kolom sudah di bagi menjadi 2 bagian, lihat gambar di bawah.
Langkah 27
Selanjutnya kita akan mengatur beban yang bekerja pada portal baik beban mati ataupun bebanhidup.Klik DEFINE > LOAD CASES.

Langkah 28
Tambahkan beban hidup pada kotak beban, pastikan SWM (beban sendiri struktur adalah 0).Lalu klikAdd New Load untuk menambahkan beban hidup ke dalam list.
Langkah 29
Aktifkan kedua balok B25x40, karena kita akan memberikan beban di atas kedua balok tersebut, baik beban mati atau beban hidup.
Langkah 30
Sekarang kita akan memberikan beban merata di atas balok, caranya : ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDON LOADS > DISTRIBUTED.
Langkah 31
Pada soal Beban Mati adalah 1 ton/m’, maka pastikan DEAD aktif dan tulis 1 pada Uniform Load, artinya beban mati sebesar 1 ton merata pada semua penampang balok.
Langkah 32
Dapat dilihat sekarang beban mati merata sebesar 1 ton aktif pada penampang balok (lihat gambar di bawah).
Langkah 33
Sekarang klik icon PS (Previous Selection) maka SAP akan mengaktifkan frame balok yang kita aktifkansebelumnya.Lalu klik ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDON LOADS > DISTRIBUTED.

Langkah 34
Tapi sekarang kita akan memberikan Beban Hidup jadi pastikan HIDUP aktif dan pada Uniform Loadtuliskan 0,5, artinya beban hidup merata sebesar 0,5 ton pada penampang balok.
Langkah 35
Dapat dilihat pada gambar di bawah beban hidup sebesar 0,5 ton pada balok sudah aktif.
Langkah 36
Sekarang saya akan menampilkan Penampang (frame yang sebenarnya) tidak hanya berupa garis-garis kuning saja. Caranya : klik SET DISPLAY OPTION pada kolom GENERAL aktifkan EXTRUDE VIEW. Kalau sudah klik OK!!!
Langkah 37
Sekarang penampang tampil seperti ukuran asli yang telah kita buat sebelumnya. Pada gambar di bawah saya langsung menampilkan dalam bentuk 3d, bisa langsung di klik pada icon 3d seperti di bawah. Kalau penampang tidak mau berubah dan masih tetap garis seperti tadi, klik VIEW> REFRESH WINDOW atau REFRESH VIEW.
Langkah 38
Kita akan mengatur Analysis Option jadi klik ANALYZE > SET ANALYSIS OPTION.
Langkah 39
Pada form Analysis Option klik XZ PLANE.Kemudian OK!!!
Langkah 40
Sekarang kita akan mengatur Faktor Reduksi Kekuatan dan Peraturan yang digunakan untuk beton yang kita buat. Caranya : klik OPTION > PREFERENCES > CONCRETE FRAME DESIGN.
Langkah 41
Saya akan mengubah Design /code-nya menjadi ACI 318-99 dan juga faktor reduksi kekuatan di bawahnya, antara lain
  • Phi (Bending-Tension) = 0,8
  • Phi (Compression Tied) = 0,65
  • Phi (Compression Spiral) = 0,7
  • Phi (Shear) = 0,6
Kalau sudah klik OK!!!
Langkah 42
Sekarang kita akan menganilisis pekerjaan kita. Klik ANALYZE > RUN ANALYSIS.
Langkah 43
Jangan Analysis Modal, lalu klik RUN NOW.
Langkah 44
Sekarang kita dapat melihat portal dengan XZ VIEW yang sudah terdeformasi akibat beban mati dan hidup.
Langkah 45
Gambar bidang Momen atau Lintang dapat anda lihat sendiri dengan klik DISPLAY > SHOW FORCES/STRESSED > FRAMES/CABLE/TENDON.
Langkah 46
Sekarang kita akan mengecek luas tulangan longitudinal/lentur.
Langkah 47
Sekarang SAP menampilkan Luasan Tulangan lentur dalam CM setelah satuan (pada pojok kanan bawah) saya ubah menjadi Kgf-Cm.
Langkah 48
Sekarang saya menampilan Luasan tulangan Lentur dalam MM.
Langkah 49
Sekarang saya coba menampilkan Luasan tulangan Geser.Caranya klik  DESIGN > CONCRETE FRAME DESIGN > DISPLAY DESIGN INFO.
Langkah 50
Pada Design Output pilih SHEAR REINFORCING (tulangan geser).
Langkah 51
Sekarang sudah dapat di lihat Detil kebutuhan Tulangan pada balok paling atas.