ADHD, gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktif
Mata Dino berkedip-kedip terus sejak 2 minggu ini. Wah, barangkali terlalu banyak main PS? Cacingankah? Matanya kelilipan debu? Atau bulu matanya tumbuh ke dalam sehingga membuat gatal? Kelilipan atau gatal karena bulu mata tumbuh ke dalam memang bisa terjadi. Cacingan sih rasanya tidak. Banyak lagi mitos tentang mata kedip-kedip. Sebenarnya kalau mata kedip-kedip menetap untuk waktu yang lama mungkin disebabkan tic. Susahnya, kalau tic sampai mengganggu sekali penampilan anak, bisa jadi kurang pede.
Bagaimana gejala tic?
Tic sering mulai muncul pada anak umur 5-10 tahun. Anak laki-laki tiga kali lebih sering dibandingkan perempuan. Sebanyak 6–12% di antara anak-anak mengalami tic. Biasanya mulai muncul sebagai gerakan otot-otot wajah, berupa mata berkedip-kedip. Mulut melakukan gerakan mencucu (monyong) ke depan atau menyeringai. Kepala seperti tersentak-sentak atau mengangguk-angguk, atau gerakan mengangkat bahu berkali-kali. Berkali-kali? Ya, memang itu ciri dari tic. Gerakannya terjadi berulangkali. Bisakah anak menahan tic? Bisa, tetapi usaha menahan gerakan tersebut justru sering membuat anak menjadi stres. Bila akhirnya gerakan tersebut muncul lagi, anak justru merasa lebih lega. Tic juga bisa muncul waktu tidur, walaupun ringan sekali.
Tic yang terbatas pada sebagian otot wajah disebut sebagai tic simpel. Lebih sulit lagi, gerakan bisa berubah menjadi gerakan yang lebih kompleks (disebut sebagai tic kompleks) berupa bertambahnya frekuensi, dan bertambah beratnya gerakan. Tubuh bisa sampai bergerak-gerak seluruhnya, bahkan sampai anak melompat-lompat. Bisa juga anak melengkungkan tubuhnya ke belakang sampai kita takut punggungnya akan patah. Tic juga sering muncul berupa batuk dehem-dehem. Diobati dengan berbagai obat batuk tidak akan sembuh. Tentu saja, karena penyebabnya bukan batuk betulan tetapi tic.
Celakanya, pada sebagian anak akan disusul munculnya tic suara, berupa suara menggeram yang berasal dari tenggorok, batuk, bersin atau menyalak. Yang paling berat adalah bahwa 8% di antara anak-anak tersebut mengalami koprolalia. Koprolalia berarti anak mengeluarkan makian bahasa kotor dan jorok tanpa dapat ditahan. Maaf, semua bahasa jorok yang pernah kita kenal dapat diucapkan oleh anak.
Tic simpel | Tic kompleks |
Mengedip Mengangkat bahu Sentakan kepala Mata bergerak melirik Mengangkat hidung Menyeringai atau mencucu Mengeluarkan suara-suara tenggorok Berdehem-dehem Menggeram Menyalak Berteriak Cegukan Berdahak Menjulurkan lidah Melipat jari-jari |
Menyentuh hidung berulangkali
Menyentuh orang lain
Mencium benda Melompat-lompat Kopropraksia (mimik jorok) Sentakan kepala hebat Mengangkat bahu hebat Menendang-nendang |
Sindrom Tourette
Tic berupa gerakan ditambah tic suara disebut sebagai sindrom Tourette. Ciri sindrom Tourette adalah:
- Gejala tic dengan gerakan yang bermacam-macam ditambah tic suara pada saat bersamaan, walaupun tidak selalu berurutan.
- Tic harus terjadi beberapa kali sehari, biasanya dalam beberapa rentetan serangan per hari dan menetap selama minimal satu tahun, tanpa periode bebas tic lebih dari 3 bulan berturut-turut.
- Mulainya tic pada anak berumur kurang dari 18 tahun.
- Gejala tic bukan disebabkan obat-obatan atau penyakit lain.
Mengapa anak dapat mengalami tic?
Sayangnya sampai sekarang ilmu kedokteran belum berhasil menjawabnya. Tidak ada yang tahu persis mengapa seorang anak dapat mengalami tic. Memang diduga ada bagian otak yang terganggu, terutama di daerah ganglia basalis, tetapi gangguan ini tidak bisa dideteksi dengan alat yang paling canggih sekalipun.
Gangguan bahan kimia otak seperti dopamin, serotonin dan lain-lain juga tidak luput dari pemeriksaan untuk mengetahui penyebab tic, tetapi hasilnya juga masih simpang-siur. Faktor genetik juga berperan. Di dalam keluarga sering ada beberapa orang yang mengalami tic.
Sebagian anak mengalami perburukan gejala setelah infeksi tenggorok oleh kuman streptokokus beta hemolitikus grup A. Keadaan ini disebut sebagai PANDAS (Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders associated with Streptococcal infection).
Masalah lain adalah bahwa tic sering muncul bersamaan dengan berbagai gangguan lainnya misalnya ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), gangguan obsesif-kompulsif, depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, mengamuk, perilaku self-injurious, kesulitan belajar, gangguan tidur dan lain-lain. Semuanya merupakan hagguan kejiwaan yang memerlukan bantuan dokter ahli jiwa.
Tic yang baru muncul pada usia dewasa bukan tic sebenarnya, tetapi lebih dipengaruhi adanya faktor pencetus dari lingkungan. Demikian juga tic yang muncul setelah anak mendapat obat tertentu, mengalami cedera kepala, atau habis mengalami sakit serius. Bukan merupakan tic sebenarnya.
Bagaimana masa depannya?
Pada 26% anak, tic akan menghilang sendiri tanpa obat dalam waktu satu tahun. Selewatnya dari satu tahun, tic menjadi kronis. Walaupun menetap, gejala akan berkurang pada 46% anak. Yang memburuk hanya kira-kira 14% anak.
Bagaimana mengobati tic?
Tic berupa gerakan ringan tidak memerlukan terapi, karena sebagian besar akan hilang dalam 12 bulan. Tetapi kalau gerakannya mengganggu rasa percaya diri anak dan mengganggu kehidupannya. Karena itun harus mendapat obat. Demikian pula dengan sindrom Tourette, juga harus mendapat obat. Teknik terapi perilaku sudah banyak dicoba tetapi tidak ada yang berhasil.
Tic berupa gerakan ringan tidak memerlukan terapi, karena sebagian besar akan hilang dalam 12 bulan. Tetapi kalau gerakannya mengganggu rasa percaya diri anak dan mengganggu kehidupannya. Karena itun harus mendapat obat. Demikian pula dengan sindrom Tourette, juga harus mendapat obat. Teknik terapi perilaku sudah banyak dicoba tetapi tidak ada yang berhasil.
Ada kira-kira 20 macam obat yang dapat digunakan untuk tic, tetapi lagi-lagi belum ada satupun juga yang 100% memuaskan. Apalagi obat-obat tersebut banyak mempunyai efek samping.
Referensi:
1. Pusponegoro HD. Tic dan sindrom Tourette. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan I. Kesehatan Anak XLIX, 2006
2. Singer HS. Tourette’s syndrome: from behaviour to biology. Lancet Neurol 2005; 4: 149–59
3. Rampello L. Tic disorders: from pathophysiology to treatment. J. Neurol 2006;253 : 1-15
1. Pusponegoro HD. Tic dan sindrom Tourette. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan I. Kesehatan Anak XLIX, 2006
2. Singer HS. Tourette’s syndrome: from behaviour to biology. Lancet Neurol 2005; 4: 149–59
3. Rampello L. Tic disorders: from pathophysiology to treatment. J. Neurol 2006;253 : 1-15
Post a Comment