Gambar sudah Shop Drawing Kok Masih Bikin Mikir?
Shop drawing menjadi media komunikasi yang vital antara design dan pelaksanaan. Shop drawing haruslah dibuat dengan tingkat detil sedemikian pelaksana dapat dengan mudah memahami apa yang harus dikerjakan. Sayangnya kejadian di lapangan tidaklah demikian. Banyak sekali shop drawing yang ada berupa gambar kontrak yang diperbesar dan disesuaikan ukuran dan skalanya pada bagian yang dilaksanakan. Drafter ibarat jadi mesin foto copy yang bisa melakukan copy perbesar. Sampai kapan ini akan terus terjadi?
Shop drawing adalah gambar yang dibuat oleh Kontraktor yang disetujui oleh Konsultan Pengawas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan. Shop drawing memegang peranan yang penting dalam terlaksananya pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan. Gambar ini menjadi media komunikasi antara perencanaan dan pelaksanaan yang vital sehingga harus diperhatikan dalam pembuatannya.
Sebagai media komunikasi, shop drawing haruslah memperhatikan obyek penggunanya. Di lapangan, gambar ini digunakan oleh Pelaksana atau Supervisi, Mandor, dan juga Pekerja. Oleh karena itu gambar ini tak pelak harus memiliki tingkat kejelasan yang tinggi sedemikian pengguna tinggal pakai dan tidak perlu lagi membuat persepsi atau asumsi-asumsi yang bisa berakibat kesalahan pelaksanaan.
Membuat shop drawing haruslah memperhatikan obyek pengguna yang terdiri atas Pelaksana / Supervisi, Mandor, dan Pekerja. Harus diketahui tingkkat kemampuan dan pemahaman mereka dalam membaca dan mempersepsikan gambar shop drawing. Pelaksana mungkin cukup mampu untuk membaca gambar tersebut, tapi bagaimana dengan Mandor dan Para Pekerja? Tentu masih di bawah kemampuan Pelaksana / Supervisi. Memahami kemampuan pengguna akan membuat gambar shop drawing tidak menyulitkan mereka dalam memahami dan tidak membuang waktu atas diskusi gambar serta mengindari terjadinya kesalahan pelaksanaan akibat kesalahan persepsi. Dengan memahami kemampuan pengguna, shop drawing akan menjadi media komunikasi yang efektif.
Contoh shop drawing yang cukup jelas
Lalu bagaimana sih shop Drawing yang efektif sebagai media komunikasi antara design dan pelaksanaan? Mari kita telisik beberapa referensi di bawah ini:
Shopdrawing adalah gambar dan data-data yang disiapkan oleh kontraktor yang menjelaskan detail karakteristik bangunan atau menunjukkan bagaimana spesifikasi dari elemen struktural yang akan dibangun. Gambar ini merupakan implementasi dan bukannya mengganti gambar kontrak. Di dalam dokumen kontrak terdapat keterangan yang cukup jelas untuk shop drawing. (Nunally, 1998).
Shop drawing bukan hanya merupakan kumpulan dari garis, simbol dan angka yang terletak pada sebuah kertas melainkan shop drawing merupakan gambar yang mempunyai makna yang dapat dipelajari. Shop drawing digunakan untuk menunjukkan ukuran dan bentuk dari sebuah bangunan. Dengan membaca shop drawing, pelaksanan di lapangan dapat mengerti dengan cepat apa yang telah direncanakan oleh konsultan (Lincoln, 1973).
Shop drawing merupakan gambar yang diberikan kontraktor kepada pihak konsultan struktur / arsitektur. Shop drawing biasanya berisi tentang detail dari pembuatan komponen proyek konstruksi. Shop drawing juga digunakan pada proses instalasi untuk mempermudah proses pemasangan, untuk melihat bentuk bangunan, serta untuk memperkirakan perhitungan material dan peralatan yang dibutuhkan di lapangan. (wayne, 2006).
Shop drawing menghubungkan antara gambar dan konstruksi. Apabila terjadi keterlambatan dalam mengolah shop drawing atau kesalahan dalam pembuatan gambar pada shop drawing akan menjadi sumber masalah. Berbagai keterlambatan dalam pembuatan shop drawing maka akan berdampak pada jadwal dari kontraktor yang nantinya akan menyebabkan adanya pengeluaran tambahan (Wayne, 2006).
Dalam pengalaman di proyek, seringkali shop drawing dibuat dengan cara mendapatkan soft copy gambar kontrak lalu gambar tersebut diperbesar pada daerah yang akan dikerjakan dengan sedikit sentuhan penjelasan yang belum memadai. Hal ini tentu akan membuat pengguna akan kesulitan dan butuh waktu yang extra dalam memahami gambar yang akan dikerjakan. Akibat yang gampang ditebak adalah keterlambatan pelaksanaan.
Membuat shop drawing butuh keahlian tersendiri. Banyak permasalahan yang terjadi selama proses pembuatan shop drawing di proyek, yaitu:
Gambar dari Konsultan Perencana tidak detail
Jumlah drafter yang sedikit tidak sebanding dengan kebutuhan gambar di lapangan
Tingkat penguasaan materi oleh drafter
Tidak adanya SOP mengenai proses pembuatan, approval, dan distribusi shop drawing
Lamanya waktu persetujuan oleh Konsultan Pengawas (MK) dan penolakan gambar
Macam-macam gambar yang harus dibuat shop drawing dan detai gambarnya.
Urutan pembuatan shop drawing
Ternyata memang cukup banyak kendala pembuatanya. Lantas bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?
Shop drawing adalah gambar yang dibuat oleh Kontraktor yang disetujui oleh Konsultan Pengawas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan. Shop drawing memegang peranan yang penting dalam terlaksananya pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan. Gambar ini menjadi media komunikasi antara perencanaan dan pelaksanaan yang vital sehingga harus diperhatikan dalam pembuatannya.
Sebagai media komunikasi, shop drawing haruslah memperhatikan obyek penggunanya. Di lapangan, gambar ini digunakan oleh Pelaksana atau Supervisi, Mandor, dan juga Pekerja. Oleh karena itu gambar ini tak pelak harus memiliki tingkat kejelasan yang tinggi sedemikian pengguna tinggal pakai dan tidak perlu lagi membuat persepsi atau asumsi-asumsi yang bisa berakibat kesalahan pelaksanaan.
Membuat shop drawing haruslah memperhatikan obyek pengguna yang terdiri atas Pelaksana / Supervisi, Mandor, dan Pekerja. Harus diketahui tingkkat kemampuan dan pemahaman mereka dalam membaca dan mempersepsikan gambar shop drawing. Pelaksana mungkin cukup mampu untuk membaca gambar tersebut, tapi bagaimana dengan Mandor dan Para Pekerja? Tentu masih di bawah kemampuan Pelaksana / Supervisi. Memahami kemampuan pengguna akan membuat gambar shop drawing tidak menyulitkan mereka dalam memahami dan tidak membuang waktu atas diskusi gambar serta mengindari terjadinya kesalahan pelaksanaan akibat kesalahan persepsi. Dengan memahami kemampuan pengguna, shop drawing akan menjadi media komunikasi yang efektif.
Contoh shop drawing yang cukup jelas
Lalu bagaimana sih shop Drawing yang efektif sebagai media komunikasi antara design dan pelaksanaan? Mari kita telisik beberapa referensi di bawah ini:
Shopdrawing adalah gambar dan data-data yang disiapkan oleh kontraktor yang menjelaskan detail karakteristik bangunan atau menunjukkan bagaimana spesifikasi dari elemen struktural yang akan dibangun. Gambar ini merupakan implementasi dan bukannya mengganti gambar kontrak. Di dalam dokumen kontrak terdapat keterangan yang cukup jelas untuk shop drawing. (Nunally, 1998).
Shop drawing bukan hanya merupakan kumpulan dari garis, simbol dan angka yang terletak pada sebuah kertas melainkan shop drawing merupakan gambar yang mempunyai makna yang dapat dipelajari. Shop drawing digunakan untuk menunjukkan ukuran dan bentuk dari sebuah bangunan. Dengan membaca shop drawing, pelaksanan di lapangan dapat mengerti dengan cepat apa yang telah direncanakan oleh konsultan (Lincoln, 1973).
Shop drawing merupakan gambar yang diberikan kontraktor kepada pihak konsultan struktur / arsitektur. Shop drawing biasanya berisi tentang detail dari pembuatan komponen proyek konstruksi. Shop drawing juga digunakan pada proses instalasi untuk mempermudah proses pemasangan, untuk melihat bentuk bangunan, serta untuk memperkirakan perhitungan material dan peralatan yang dibutuhkan di lapangan. (wayne, 2006).
Shop drawing menghubungkan antara gambar dan konstruksi. Apabila terjadi keterlambatan dalam mengolah shop drawing atau kesalahan dalam pembuatan gambar pada shop drawing akan menjadi sumber masalah. Berbagai keterlambatan dalam pembuatan shop drawing maka akan berdampak pada jadwal dari kontraktor yang nantinya akan menyebabkan adanya pengeluaran tambahan (Wayne, 2006).
Dalam pengalaman di proyek, seringkali shop drawing dibuat dengan cara mendapatkan soft copy gambar kontrak lalu gambar tersebut diperbesar pada daerah yang akan dikerjakan dengan sedikit sentuhan penjelasan yang belum memadai. Hal ini tentu akan membuat pengguna akan kesulitan dan butuh waktu yang extra dalam memahami gambar yang akan dikerjakan. Akibat yang gampang ditebak adalah keterlambatan pelaksanaan.
Membuat shop drawing butuh keahlian tersendiri. Banyak permasalahan yang terjadi selama proses pembuatan shop drawing di proyek, yaitu:
Gambar dari Konsultan Perencana tidak detail
Jumlah drafter yang sedikit tidak sebanding dengan kebutuhan gambar di lapangan
Tingkat penguasaan materi oleh drafter
Tidak adanya SOP mengenai proses pembuatan, approval, dan distribusi shop drawing
Lamanya waktu persetujuan oleh Konsultan Pengawas (MK) dan penolakan gambar
Macam-macam gambar yang harus dibuat shop drawing dan detai gambarnya.
Urutan pembuatan shop drawing
Ternyata memang cukup banyak kendala pembuatanya. Lantas bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?
Berikut langkah-langkah efektif yang dapat dilakukan:
1. Membuat schedule shop drawing
Schedule shop drawing dibuat dengan mengacu pada master schedule bulanan yang telah dibuat. Misalnya pada pekerjaan pasangan bata, pada master schedule target pelaksanaan pasangan bata dimulai pada minggu ketiga. Maka shop drawing pasangan bata dischedulkan 2 minggu sebelumnya harus sudah masuk ke koreksi Konsultan Perencana.
2. Mempelajari gambar perencana, RKS, BQ , dan dokumen kontrak yang lain.
Dokumen tersebut harus dipelajari secara komprehensif dan dijelaskan kepada drafter. Sangat penting bagi engineer untuk menguasai gambar perencana, RKS, dan BQ agar tidak terjadi kesalahan pelaksanaan proyek. Setelah mempelajarinya, maka harus dikoordinasikan kepada drafter untuk dibuat shop drawingnya. Gambar shop drawing untuk suatu pekerjaan juga harus memperhatikan gambar terkait yang lain. Misalnya pekerjaan struktur harus memperhatikan design arsitektur dan M/E pada lokasi yang akan dibuat shop drawingnya. Jika diperlukan, dapat dibuat shop drawing komposit antara ketiga gambar tersebut.
3. Mengadakan brainstorming secara rutin antara Engineer dan Supervisi
Brainstorming diperlukan untuk meningkatkan komunikasi antara bagian teknik dengan pelaksana di lapangan. Yang menjadi sasaran dari brainstorming ini adalah:
a. Menampung ide inovasi dan efisiensi yang dapat dilaksanakan dengan pertimbangan waktu, biaya, dan kemudahan pelaksanaan.
b. Kesepakatan terkait spesifikasi dan gambar yang belum jelas, perbedaan BQ dengan gambar, efisiensi volume dan inovasi yang akan dilakukan untuk dibuat shop drawingnya.
c. Menentukan gambar apa saja yang diperlukan dan prioritasnya disesuaikan dengan tingkat produktifitas gambar. Untuk gambar yang sangat mendesak, dibuatkan sketsa yang informatif.
4. Melakukan koreksi shop drawing
Shop drawing yang dibuat oleh drafter harus dikoreksi oleh engineer untuk menjamin ketepatan metode yang telah disepakati, kesesuaian dengan kontrak, sehingga efektif dalam penggunaanya sebagai gambar kerja. Gambar shop drawing yang belum jelas harus dikomunikasikan dengan pengawas dan konsultan perencana untuk menjamin apa yang telah digambar sesuai dengan maksud perencanaan.
5. Melakukan koordinasi dengan Konsultan Pengawas (MK)
Koordinasi diperlukan agar mengetahui status gambar yang diajukan telah disetujui atau belum. Selain itu, perlu dikoordinasikan juga cara penggambaran yang disetujui oleh Konsultan Pengawas sehingga pembuatanya lebih efektif. Perlu juga untuk menyepakati SOP pembuatan, approval, dan distribusi gambar shop drawing dalam rangka menjamin pelaksanaan yang lebih baik.
Dari penjabaran langkah tersebut, ternyata untuk membuat shop drawing yang efektif diperlukan koordinasi dan komunikasi yang solid antara tim proyek. Penyusunan shop drawing jangan dianggap sepele sebagai pemenuhan kewajiban kontraktor terhadap kontraknya saja. Bisa dibayangkan bagaimana jika pelaksanaan pekerjaan tanpa menggunakan panduan yang baik, dampaknya akan muncul pengerjaan yang salah sehingga harus diulang dan pencapaian mutu pekerjaan yang jelek.
1. Membuat schedule shop drawing
Schedule shop drawing dibuat dengan mengacu pada master schedule bulanan yang telah dibuat. Misalnya pada pekerjaan pasangan bata, pada master schedule target pelaksanaan pasangan bata dimulai pada minggu ketiga. Maka shop drawing pasangan bata dischedulkan 2 minggu sebelumnya harus sudah masuk ke koreksi Konsultan Perencana.
2. Mempelajari gambar perencana, RKS, BQ , dan dokumen kontrak yang lain.
Dokumen tersebut harus dipelajari secara komprehensif dan dijelaskan kepada drafter. Sangat penting bagi engineer untuk menguasai gambar perencana, RKS, dan BQ agar tidak terjadi kesalahan pelaksanaan proyek. Setelah mempelajarinya, maka harus dikoordinasikan kepada drafter untuk dibuat shop drawingnya. Gambar shop drawing untuk suatu pekerjaan juga harus memperhatikan gambar terkait yang lain. Misalnya pekerjaan struktur harus memperhatikan design arsitektur dan M/E pada lokasi yang akan dibuat shop drawingnya. Jika diperlukan, dapat dibuat shop drawing komposit antara ketiga gambar tersebut.
3. Mengadakan brainstorming secara rutin antara Engineer dan Supervisi
Brainstorming diperlukan untuk meningkatkan komunikasi antara bagian teknik dengan pelaksana di lapangan. Yang menjadi sasaran dari brainstorming ini adalah:
a. Menampung ide inovasi dan efisiensi yang dapat dilaksanakan dengan pertimbangan waktu, biaya, dan kemudahan pelaksanaan.
b. Kesepakatan terkait spesifikasi dan gambar yang belum jelas, perbedaan BQ dengan gambar, efisiensi volume dan inovasi yang akan dilakukan untuk dibuat shop drawingnya.
c. Menentukan gambar apa saja yang diperlukan dan prioritasnya disesuaikan dengan tingkat produktifitas gambar. Untuk gambar yang sangat mendesak, dibuatkan sketsa yang informatif.
4. Melakukan koreksi shop drawing
Shop drawing yang dibuat oleh drafter harus dikoreksi oleh engineer untuk menjamin ketepatan metode yang telah disepakati, kesesuaian dengan kontrak, sehingga efektif dalam penggunaanya sebagai gambar kerja. Gambar shop drawing yang belum jelas harus dikomunikasikan dengan pengawas dan konsultan perencana untuk menjamin apa yang telah digambar sesuai dengan maksud perencanaan.
5. Melakukan koordinasi dengan Konsultan Pengawas (MK)
Koordinasi diperlukan agar mengetahui status gambar yang diajukan telah disetujui atau belum. Selain itu, perlu dikoordinasikan juga cara penggambaran yang disetujui oleh Konsultan Pengawas sehingga pembuatanya lebih efektif. Perlu juga untuk menyepakati SOP pembuatan, approval, dan distribusi gambar shop drawing dalam rangka menjamin pelaksanaan yang lebih baik.
Dari penjabaran langkah tersebut, ternyata untuk membuat shop drawing yang efektif diperlukan koordinasi dan komunikasi yang solid antara tim proyek. Penyusunan shop drawing jangan dianggap sepele sebagai pemenuhan kewajiban kontraktor terhadap kontraknya saja. Bisa dibayangkan bagaimana jika pelaksanaan pekerjaan tanpa menggunakan panduan yang baik, dampaknya akan muncul pengerjaan yang salah sehingga harus diulang dan pencapaian mutu pekerjaan yang jelek.
Post a Comment