The Armless Snapper
Agan-agan mungkin sudah pernah mendengar atau mengenal tentang seorang
photographer wanita tanpa lengan (armless snapper) melalui sebuah
tayangan di salah satu televisi swasta nasional maupun media
internasional. Ya dialah Rusidah Badawi, seorang photographer
wanita Indonesia berusia 44 tahun (saat artikel ini ditulis) yang sangat
tegar dan gigih dalam menjalankan kehidupannya dengan berprofesi
sebagai seorang photographer walau tanpa kedua lengan sekalipun.
Rusidah
sudah menjalankan profesinya tersebut selama hampir 20 tahun dengan
dukungan penuh dari keluarga dan warga di sekitar tempat tinggalnya Desa
Botorejo, Kecamatan Bayan Purworejo – Jawa Tengah dan pada tahun 2004 Rusidah pun pernah mendapat bantuan sebuah kamera Brown SR 200 dari Gubernur Jawa Tengah Mardyanto saat itu.
Selama belasan tahun Rusidah menggunakan kamera analog, hingga suatu hari Perusahaan Canon menghadiahi-nya sebuah kamera Canon EOS 550D dengan Speedlite 430E Flash.
Mungkin agan-agan yang pernah mengalami masa/era kamera analog masih ingat bahwa saat itu media penyimpanan hasil pemotretan disimpan dalam sebuah media film celulosa bukan pada media digital (chip flash) seperti pada kamera digital saat ini. Bayangkan betapa repotnya melakukan penggantian film bagi seorang Rusidah. Namun hal-hal seperti penggantian film, perawatan kamera dan lain sebagainya, semuanya dilakukan Rusidah sendiri tanpa meminta bantuan siapapun.
Mungkin agan-agan yang pernah mengalami masa/era kamera analog masih ingat bahwa saat itu media penyimpanan hasil pemotretan disimpan dalam sebuah media film celulosa bukan pada media digital (chip flash) seperti pada kamera digital saat ini. Bayangkan betapa repotnya melakukan penggantian film bagi seorang Rusidah. Namun hal-hal seperti penggantian film, perawatan kamera dan lain sebagainya, semuanya dilakukan Rusidah sendiri tanpa meminta bantuan siapapun.
Seorang Rusidah Badawi memang sangat memberikan inspirasi bagi kalangan para penyandang cacat, para photographer dan bagi kita semua tentunya. Rusidah tidak pernah merasa mengalami hambatan apapun tanpa kedua lengannya untuk melakukan pekerjaan pemotretan. Bahkan Rusidah sendiri yang memilih dan menentukan profesinya tersebut sebagai suatu pekerjaan yang menyenangkan dan membanggakan semenjak sebuah kecelakaan tragis yang mengharuskan Rusidah menerima kenyataan bahwa kedua lengannya harus diamputasi di saat usianya baru menginjak 12 tahun.
Seusai menyelesaikan sekolah menengahnya, Rusidah pun berangkat ke kota Solo – Jawa Tengah guna mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi para penyandang cacat. Dan dari tempat inilah Rusidah mulai berkenalan dengan dunia photography dan berkeinginan kuat untuk menjadi seorang photographer.
Dengan berbekal sebuah kamera Pentax K1000 pinjaman dari seorang pendidik photography-nya yang kemudian ia modifikasi di bagian Shutternya agar memudahkan Rusidah melakukan pemotretan saat menggunakannya, Rusidah pun mulai menjalankan profesinya sebagai seorang photographer.
Dengan berbekal sebuah kamera Pentax K1000 pinjaman dari seorang pendidik photography-nya yang kemudian ia modifikasi di bagian Shutternya agar memudahkan Rusidah melakukan pemotretan saat menggunakannya, Rusidah pun mulai menjalankan profesinya sebagai seorang photographer.
Berbagai
kegiatan seperti pernikahan, pesta ulang tahun, acara-acara resmi
sampai pembuatan photo profil ia kerjakan. Dan dengan menggunakan
sebagian sudut ruangan tempat tinggalnya yang ia fungsikan sebagai
studio photo sederhana, Rusidah pun menerima pekerjaan dari mulai pemotretan hingga pencetakan hasil photonya. Rusidah
berkeinginan memiliki studio photo sendiri yang sebenarnya dan kamera
yang baru dalam waktu dekat ini guna melancarkan karirnya dalam dunia
photography.
Kini Rusidah Badawi mulai semakin dikenal bukan saja di Indonesia melainkan di Mancanegara semenjak kegiatan photography-nya diliput oleh beberapa media internasional seperti International Business Times dan Huffington Post. Ketika suami Rusidah diwawancarai oleh seorang wartawan International Business Times, ia mengatakan :
Saya berharap semua kegiatan yang istri saya lakukan akan memberikan contoh tauladan dan motivasi kepada para penyandang cacat seperti istri saya dan jangan pernah pesimis sedikitpun. Saya tahu istri saya pun mempunyai kekurangan dan kelebihan. Ia dapat mengerjakan apa yang orang normal kerjakan, ia hanya tidak memiliki kedua lengan seperti orang-orang normal lainnya.
Selain menjalankan profesinya sebagai seorang photographer, Rusidah pun tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu
bagi putra-putranya. Semua kewajibannya tersebut ia jalankan dengan
sepenuh hati tanpa mengeluh dengan keberadaanya. Kesemuanya itu dapat Rusidah kerjakan layaknya seorang berlengan lengkap.
Cerita tentang seorang Rusidah Badawi diatas merupakan sebuah inspirasi dan tindakan nyata sebagai pengingat untuk selalu mengikuti impian kita sekalipun berbagai rintangan datang menghadang. Jika saja kita semua mejalani hidup seperti Rusidah, kita semua yakin bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih baik dan lebih kreatif. Bagaimana menurut anda?
Demikian semoga bermanfaat.
Post a Comment