Mengapa Saya Tidak Bisa Ikhlas Kali Ini?
Cerita Inspiratif untuk lebih hati-hati dalam memilih/mencari babysitter.
Sebenarnya sangat
berat untuk menuliskan apa yang saya rasakan saat ini, namun saya harus
melakukan agar tulisan ini sampai kepada yang membutuhkan dan tentu saja agar Bintang
mengetahui betapa saya menyesal dan merasa bersalah kepadanya.
Seperti yang sudah
pernah saya ceritakan sebelumnya, saya memberi kesempatan kepada pengasuh anak
saya yang ketahuan lancang dan berbohong untuk bekerja lagi dengan saya di awal
bulan April tepatnya tgl 4 April lalu. Sungguh itu semua saya lakukan
semata-mata karena saya tidak ingin berlaku zhalim kepada orang yang bekerja
dengan saya namun pertimbangan yang paling saya pegang untuk tetap
memperkerjakan dia adalah Bintang, anak saya menyayangi dia.
Saya beberapa kali
menyaksikan bagaimana Bintang bercerita dengan asyiknya dan tertawa-tawa jika
sedang berdua dengan dia.
Jadi saya kira
dengan memberinya kesempatan sekali lagi, dia akan berubah lebih baik karena
masih memiliki rasa malu dan hati nurani.
Tiga hari sebelum
bulan April berakhir, tiba tiba dia mengundurkan diri. Tentu saja saya jadi
ingin tahu alasannya karena sewaktu saya berhentikan sebelumnya, dia
menangis-nangis minta diberi kesempatan lagi dengan alasan merasa betah bekerja
dengan saya dan menyayangi Bintang, dia menjawab pertanyaan saya itu dengan
ringan bahwa dia tidak bisa berubah dan sepertinya kesalahan-kesalahannya sudah
mendaging. Awalnya saya bingung dengan kata mendaging tapi mungkin maksudnya
saya artikan saat itu adalah memang sudah berat sekali buat dia untuk berubah.
Hari ketika saya
melepasnya pergi yaitu tgl 1 Mei kemarin, saya memberi gajinya lebih untuk
transportasi dan sempat memberi do’a semoga dia mendapat majikan yang lebih
baik. Anehnya, dia sama sekali tidak berpamitan atau bersalaman dengan Bintang
dan juga pengasuh satunya.
Bintang menyaksikan
dia masuk ke taksi dan melambaikan tangannya dan bibirnya seketika dimajukan.
Ini kedua kalinya saya melihat Bintang melakukan itu. Pertama kali sewaktu
sedang di kolam renang dan saat itu saya mengira dia kedinginan. Jadi saya
hanya menduga-duga dia sedih ditinggal pergi oleh pengasuhnya karena tidak
mungkin kedinginan.
Setelah dia pergi,
pengasuh satunya baru berani bercerita bagaimana dia bekerja selama 7 bulan
mereka bekerja sama. Saya sangat terkejut dan langsung lemas mendengar semuanya
dengan tidak percaya. Saya bertanya mengapa tidak bercerita ketika dia masih
bekerja dengan saya, ternyata pengasuh yang masih bekerja dengan saya ini
ketakutan karena diancam dan semakin tidak berani melapor karena saya sepertinya
lebih mempercayai pengasuh yang sudah berhenti itu.
Ibu mana yang tidak
akan marah jika mendengar anak yang diperlakukan seperti kristal karena begitu
rapuh dan selalu diajak berbicara pelan karena daya tangkapnya yang masih
sederhana itu dibekap dengan bantal dua kali karena dia menjatuhkan minyak
tawon di tempat tidur dan melempar handphone
milik pengasuhnya itu. Bintang selamat karena ditarik oleh pengasuh yang
bercerita ini bahkan sampai menangis memohon agar jangan membekap Bintang.
Menurut pengasuh yang
bercerita, setelah dibekap yang pertama kali, Bintang langsung panas tinggi.
Saya sempat menulis status di FB bagaimana rencana libur panjang kami di akhir
pekan perayaan Maulid nabi Muhammad SAW gagal karena Bintang tiba-tiba sakit di
hari Rabu.
Sewaktu saya
tinggal ke kantor di pagi hari Rabu itu, dia begitu sehat dan tertawa-tawa lucu
namun pulangnya, saya menemukan dia panas, lemas dan manja sekali ingin dipeluk
saya terus menerus sehingga akhirnya hari Kamis tgl 25 Februari lalu saya harus
mengambil cuti sehari karena semalaman tidak tidur memeluk dia dengan posisi
memeluk erat karena dia tidak mau dilepas sejenak pun dari saya. Saya sempat
menanyakan kepada kedua pengasuhnya dan jawaban mereka waktu itu tidak tahu dan
saya hanya meminta agar mereka mengawasi Bintang lebih karena kemungkinan dia
menggunakan baju terlalu terbuka dengan AC yang terlalu dingin atau dimandikan
ketika suhu badannya masih belum stabil karena panas badan yang menyesuaikan AC
dingin.
Selain dibekap
bantal, Bintang juga ditendang kepalanya karena tidak menuruti permintaan
pengasuhnya, dikejar karena diselamatkan dari bekapan bantal setelah tertangkap
bajunya dipunggut dari belakang dengan kesal untuk diangkat ke dalam boks,
kepalanya dilempar dengan bola (padahal saya pernah melarangnya dengan
penjelasan jangan menggerakan tubuh Bintang yang dapat membuat kepalanya
bergoyang-goyang karena di usianya itu, volume otaknya masih seperti bola di
dalam rongga kepalanya, sehingga otak yang memantul-mantul di dalam rongga
kepala tersebut dapat mengakibatkan epilepsi, keterbelakangan dll), diayun
didalam selimut cukup tinggi sehingga terlempar jatuh ke lantai dan menangis
namun pengasuhnya itu malah meninggalkannya di lantai untuk menjawab handphone-nya dan yang paling
membuat saya tidak habis berpikir apakah pengasuhnya ini manusia atau iblis
adalah dia membentak Bintang menyuruhnya diam dan menonjol kepalanya dengan
keras karena merasa terganggu ketika menonton blue film di ruang tengah dimana pengasuh yang
satunya di sana juga sedang di sana menyetrika baju.
Saya menuliskan ini
sambil menangis berlinang airmata penuh amarah sambil memohon agar seluruh
airmata saya yang tumpah dalam musibah ini akan menenggelamkan hidup dia karena
kejahatannya yang keji itu di masa yang akan datang. Demi Allah, Demi
Rasulullah, saya merasa terzhalimi dengan pengasuh yang sudah saya percayai
itu.
Pengasuh tersebut
juga memperlakukan pengasuh yang satunya seperti pembantunya ketika saya
meninggalkan rumah. Jadi semua yang mata saya lihat selama ini hanya sandiwara
saja, Bintang mengobrol dengan dia dengan semangat karena merasa bahagia
disayang lagi setelah diperlakukan dengan jahat oleh nya sepanjang hari.
Demikian juga jika tertawa-tawa, dia merasa diterima lagi setelah
dibentak-bentak dan dikurung di kamar jadi berusaha menyenangkan pengasuhnya
itu.
Di tulisan
sebelumnya, saya meyakinkan teman-teman bahwa pengasuh saya yang satunya akan
menjadi mata saya selama saya tidak di rumah. Benar sekali dia menjadi mata
saya namun dia tidak menjadi mulut saya yang bisa melaporkan semua perbuatan
yang sangat berbahaya terhadap seorang bayi yang tidak mengerti apa-apa.
Pengasuh yang masih
bersama saya juga bercerita bahwa semenit setelah saya meninggalkan kantor
setiap harinya, Bintang akan diserahkan ke dia kemudian pengasuh psycho itu akan mengurung diri
menerima telephone di kamar saya dan tidur di atas tempat tidur saya. Keluar
hanya untuk memasak makanan untuk dirinya seperti menggoreng kentang dan chicken nugget milik saya atau
pancake milik Bintang, mengolah spaghetti,
fetucini, omelette dengan smoked
beef, salad
lengkap dengan dressing,
ataupun makan buah-buahan milik Bintang seperti Apel dan Pear juga Ice cream
untuk dikonsumsi di dalam kamar saya.
Setelah itu kalau
ingin bertemu dengan temannya, dia akan madi di kamar mandi saya menggunakan
peralatan mandi saya dan pergi ke Bintaro Plaza menggunakan baju-baju saya
bahkan pakaian dalam saya dan meninggalkan Bintang dengan pengasuh satunya yang
sibuk mengurusi rumah dan sampahnya (bayangkan, saya pernah menegur mereka berdua
mengapa mengganti sprei tempat tidur saya setiap hari ternyata remah makanan
yang jatuh di tempat tidur sengaja dibuang agar sprei saya kotor sehingga dia
bisa memerintah pengasuh satunya mengganti sprei tersebut).
Ini membenarkan
informasi salah satu ojek perumahan yang pernah melihat dia keluar rumah ketika
dia masih bekerja sendirian di 5 bulan pertamanya namun saya tidak mempercayai
karena rasanya tidak mungkin ada seseorang yang tega meninggalkan bayi
sendirian di rumah sementara dia bepergian untuk jalan-jalan di Plaza.
Jadi setiap hari
pekerjaaanya hanya makan makanan yang bukan untuknya, menonton sinetron TV,
mendengar CD kesukaan saya bahkan menghilangkannya, membaca buku-buku saya,
menonton DVD termasuk film kategori BF dan telephone-telephonenan mengajak
ketemu para korban rayuannya. Dia juga mengambil photo dengan baju-baju saya
untuk dikirim ke semua laki-laki yang digodanya melalui camera handphone-nya.
Ketika saya pulang
kantor, dia akan keluar dari kamar saya dan mengambil Bintang dari pengasuh
yang satunya yang membukan saya pintu pagar dan setelah saya menanyakan keadaan
Wotel dan rumah, dia akan kembali masuk kamar karena perjanjian kerjanya memang
hanya sampai jam 20.00 malam sementara yang satunya akan menunggu saya hingga
saya selesai mandi dan makan lalu menyerahkan Bintang ke saya.
Setelah itu
bagaikan puzzle
semuanya terhubung satu per satu :
· Mengapa berat badan Bintang selalu kurang bahkan hanya
80% dari standard bayi biasanya.
· Mengapa Bintang sering terbangun 3 hingga 5 kali setiap
malam yang saya kira karena kehausan ternyata karena mimpi buruk dan dia ingin
saya memeluknya dari belakang (padahal untuk usianya, bayi sudah bisa tidur
nyenyak sepanjang malam).
· Mengapa Bintang sangat pemberang jika mendengar suara
sedikit kencang di sekitarnya.
· Mengapa Bintang suka memukul muka dan mencakar saya jika
saya melarangnya melakukan sesuatu.
· Mengapa Bintang begitu memujanya.
· Mengapa pengasuh yang satunya memanggil dia dengan awalan
“mbak” padahal dia lebih muda ternyata itu karena permintaanya dia yang merasa
lebih tinggi kedudukannya.
· Mengapa pengasuh satunya sepertinya ingin mengurus Bintang
padahal saya memintanya lebih fokus ke rumah (dia melindungi Bintang padahal
saya sering menegurnya untuk tidak mengerjakan semuanya karena dia butuh
istirahat juga).
· Mengapa pengasuh tetangga sering bertanya apakah dia
memang adik saya ke pengasuh satunya yang tanpa sengaja saya dengarkan.
· Mengapa Bintang langganan mengalami benjol dan lecet di
seluruh tubuhnya yang selalu saya anggap karena dia aktif ketika dokternya
menanyakan.
· Mengapa dia tidak pernah mau menggendong Bintang jika
kami di tempat umum (malu karena menurut dia anak saya seperti cecak).
· Mengapa kebutuhan dapur cepat habis seperti minyak
goreng, telur dan isi refrige
lainnya (minyak goreng dengan sengaja dibuang setiap saya tegur untuk lebih
irit ketika saya di kantor).
· Mengapa uang belanja
selalu tidak ada kembalian.
· Mengapa bayar PAM
bisa mencapai 400-500 ribu setiap bulannya karena dia sengaja tidak mematikan
air agar tagihan melonjak.
Ya semuanya menjadi terang-benderang!
Saya segera menghubungi Yayasan yang menunjuknya untuk bekerja dengan saya.
Pihak Yayasan berjanji akan mempertemukan kami pada hari Sabtu itu bahkan dia
menantang siap dikonfrontir dengan pengasuh yang satunya dan polisi sekalian!
Ketika saya meminta mereka datang pada hari Senin tgl 3 lalu jam 19:00
malam, pihak yayasan berjanji akan menghubungi saya lagi. Pada hari Senin
hingga pada jam pertemuan saya tidak mendapat khabar apapun dan dengan
ringannya pihak yayasan mengatakan bahwa dia sudah berusaha mempertemukan kami
tapi dia tidak bisa memaksa karena pengasuh tersebut sudah tidak bekerja di
yayasan tersebut dan dia tidak bisa menghubungi atau menjawab telephone saya
karena sibuk menerima tamu di acara ulang tahun anaknya.
Seorang yang mengaku sebagai kakaknya di Bandung meminta maaf atas nama
keluarga, saya menjawab saya tidak ada urusan dengan keluarganya karena disini
yang harus bertanggung jawab adalah pengasuh tersebut dan menyebutkan berbagai
alasan seperti dia sibuk tidak bisa mengantar adiknya, biaya ke Jakarta mahal
hingga tidak memberi izin adiknya pergi.
Yayasan juga berusaha menyalahkan saya yang tidak melapor ke yayasan ketika
dia berhenti dari saya padahal saya menelephone yayasan untuk pengaduan pada
hari yang sama dengan dia berhenti, selain itu pengasuh yang masih bekerja
dengan saya mendengar ketika pengasuh mengerikan tersebut melapor ke ibu
pemilik yayasan bahwa dia akan berhenti dari saya dan itu sesuai dengan jawaban
dia ketika saya tanya apakah sudah berbicara dengan yayasan akan berhenti dari
saya.
Yang paling memuakkan adalah laki-laki yang mengaku sebagai kakak dari
pengasuh tersebut. Padahal saya sangat mengetahui bahwa pengasuh tersebut hanya
memiliki 3 saudara, satu saudara laki-laki di Blok M. satu kakak perempuan yang
sudah berkeluarga di Cilacap dan satu adik laki-laki yang masih bersekolah di
Cilacap juga yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Dia yang menantang saya untuk membawa kasus ini ke polisi karena tidak mau
datang pada hari Senin yang saya minta untuk berbicara baik-baik
mengklarifikasi pengaduan pengasuh yang masih bekerja dengan saya.
Saya tidak ingin mengungkit kebaikan saya namun saya ingin mengetahui
pantaskah seseorang yang mengaku keluarganya sama sekali tidak mengingat apa
yang sudah saya berikan kepada mereka? Ketika pengasuh tersebut cuti di Lebaran
tahun lalu saya memberi saudara perempuannya yang baru melahirkan satu set yang
terdiri 4 botol susu milik Bintang seharga @ Rp 85,000,- karena Bintang tidak
membutuhkan banyak botol juga baju-baju Bintang yang sudah kekecilan tapi masih
layak pakai. Saya juga memberinya uang THR lebih, hampir satu bulan gajinya
padahal dia baru bekerja 4 bulan dengan saya. Saya juga memaklumi ketika
akhirnya dia terlambat sehari karena ayahnya tidak memberi izin dia pulang di
hari Selasa yang dijanjikan meskipun saya harus berurusan dengan atasan saya
karena tidak memegang janji untuk masuk kantor pada hari itu yang efeknya pada
penilaian kerja tahunan saya.
Sampai hari ini saya masih sakit dan belum ikhlas. Ikhlas tehadap kebodohan
dan keteledoran saya sebagai ibu. Dukungan dari teman-teman tidak
henti-hentinya mengalir baik dari FB, SMS, BBM hingga email pribadi dan saya
sangat berterimakasih kepada teman-teman semua karena membuat saya lebih
rasional daripada emosional menghadapi ini.
Saya bisa saja melaporkan ke polisi namun dokter ahli forensik yang
memeriksa Bintang menyarankan dengan bijak agar saya berpikir ulang. Menurut
dia, tidak begitu berharga yang saya dapatkan dengan menjebloskan pengasuh keji
itu ke penjara dengan waktu, biaya dan tenaga yang akan saya keluarkan untuk
mengurus pengaduan tindak kekerasan pada anak. Sementara Bintang sangat
membutuhkan pendampingan dan kasih sayang saya untuk pemulihan pasca kekerasan
fisik dan psikologis tersebut.
Salah satu teman saya yang selalu menyelesaikan permasalahan dengan “cara
jalanan” bahkan menawarkan diri untuk mencari pengasuh tersebut di Bandung
namun saya tidak bisa mengizinkan itu karena saya sudah bersumpah ketika saya
mengetahui saya sedang mengandung, saya tidak akan pernah membiarkan siapa pun
atau apa pun membuat saya terjebak untuk membesarkan anak saya dengan cara
tidak baik.
Jadi di sinilah saya, sedang menikmati kesakitan ini dan berusaha mencari
hikmah dibalik musibah yang saya alami ini agar bisa menjadi berkah.
Saya ingin sekali membuat dia berjanji tidak akan menjadi pengasuh bayi
lagi dengan tanda tangan di atas kertas bermeterai untuk mencegah korban
berikutnya namun ternyata tangan saya tidak sampai karena yayasan maupun
laki-laki yang mengaku sebagai kakaknya itu melindungi dia untuk bertemu dengan
saya.
Jadi saya hanya bisa menuliskan ini agar para ibu maupun calon ibu lebih
mempercayai firasatnya daripada akal dan rasa untuk segala sesuatu yang
berhubungan dengan anaknya. Terus terang ini sangat ironis karena tidak sampai
seminggu sebelum kejadian ini, saya sempat mempertanyakan naluri seorang wanita
yang tidak mengetahui jika suaminya selama pernikahan mereka memiliki dua
kehidupan. Saya bahkan mengatakan bahwa pintar saja tidak cukup untuk menjadi
wanita namun harus cerdik dan akhirnya saya mendapat penguatan untuk pernyataan
saya itu.
Jangan takut untuk curiga karena curiga dan berprasangaka buruk (suudzon)
itu berbeda. Meskipun tidak melihat atau mendengar langsung jika naluri anda
mengatakan ada yang tidak beres, jangan pernah beri kesempatan seseorang untuk
menyentuh anak anda! Siapa pun itu!
Saya hanya bisa memohon dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak
Allah swt untuk membalaskan sakit hati saya. Jika segala kebaikan saya sampai
menganggap dia seperti keluarga sendiri bisa dibalas dengan luar biasa jahat
seperti itu, saya yakin Allah swt bisa membalasnya lebih kejam lagi.
Siapa pun bisa mendapat hidayah untuk berubah menjadi lebih baik, jadi saya
akan lepaskan semua ini kepada Allah swt. Mungkin saja dia akan berubah namun
saya pesimis di usianya yang baru menginjak 19 tahun, dia sudah bisa melakukan
semua kejahatan ini tanpa perasaan iba sama sekali terhadap Bintang selama
setahun dengan rapinya. Dengan latar belakang pendidikan hanya SMP, saya kira
dari kemampuan otak dan wataknya sudah bisa diprediksikan seperti apa dia lima
atau sepuluh tahun lagi.
Saya masih marah sejak hari Sabtu lalu bahkan sempat berbicara dengan
intonasi sangat tinggi melalui telephone kepada yayasan dan laki-laki yang
mengaku sebagai kakaknya pada hari Senin kemarin hanya membuat saya semakin
marah namun saya yakin Allah swt itu maha mengetahui, maha adil, maha pembalas,
dan juga maha menghinakan……. Saya akan sabar menunggu mereka bertiga mendapat
ganjaran setimpal baik dunia maupun akhirat.
Dia boleh bermimpi untuk menaikan derajatnya dengan jalan pintas namun do’a
kami orang-orang yang pernah dizhalimi termasuk kedua orangtuanya yang dua
bulan terakhir ini ternyata tidak bisa menghubungi dia untuk meminta bantuan,
akan memberikan dia derajat sesuai dengan keadilan Allah swt.
Pagi ini sebuah kalimat indah dikirimkan oleh Tuhan melalui seseorang yang
memiliki pintu langit dan bumi, berikut petikannya :
“Sungguh kita bisa meruntuhkan langit untuk menghukum si tersalah tapi kita
kehilangan kesempatan untuk melihat indahnya langit usai mendung.”
Saya tercekat
ketika membacanya apakah saya lebih memilih untuk mengikuti dendam saya yang
tiada bertepi daripada mendapat berkah dibalik musibah ini?
Tentu saja tidak!
Post a Comment